Andaikan saja kau mau mengerti
Tentang perasaanku selama ini
Yang tak menginginkan kamu trus merasa
Hati dipenuhi rasa curiga
Coba kau pahami keadaanku
Ku hanya menguji kesabaranmu
Ternyata kau tlah salah menilaiku
Kau tinggalkanku untuk cinta yang baru
Sesungguhnya aku tak rela
Melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka
Cukup puas kau buat diriku
Merasakan cemburu
Kembalilah padaku
Bukan ku menarik ulur hatimu
Salahkah jika ku mengharapkanmu
Ku tahu hatimu hanya untukku
Kau bersamanya pelarian semata
Sesungguhnya aku tak rela
Melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka
Sesungguhnya aku tak rela
Melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka
Sabtu, 28 April 2012
Rabu, 25 April 2012
AKHLAK TERPUJI : KERJA KERAS, TEKUN, ULET, DAN TELITI
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Akidah Akhlaq
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hidup
adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia tidak
akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat
tenaga untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu
berjuangmemiliki makna yang cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai
untuk bekerja keras, tekun, ulet dan teliti. Tanpa adanya unsur-unsur itu apa
yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan tercapai. Dengan bekerja
keras dan tekun akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang untuk menggapai
cita-citanya. Dengan adanya sifat ulet, manusia tidak akan mudah goyah dan
putus asa dalam menerjakan apa yang ia lakukan. Tidak mudah putus semangat
apabila dala melakukan pekerjaannya
mengalami hambatan atau bahkan kegagalan.
Dalam
melakukan pekerjaan unsur teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan
sikap teliti maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan
solusinya. Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan uraian ini kami bermaksud untuk
membahas bagaimana halnya kerja keras, tekun, ulet dan dan teliti dalam
kehidpan.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimanakah yang dimaksud kerja keras, tekun, ulet dan teliti?
- Bagaimana implementasinya dalam kehidupan?
1.3 Tujuan Pembahasan
- Mengetahui tentang kerja keras, tekun, ulet, teliti.
- Mengetahui implementasi kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerja Keras, Tekun, Ulet, Dan Teliti
Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji yang perlu dimiliki
oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Keempat sifat
tersebut harus dilakukan secara integral sebab
antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti
adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan tujuan yang dicita-citakan manusia.
Dengan kerja keras semua pekerjaan
bisa cepat selesai. Dan disertai dengan ketekunan, ulet dan teliti sebuah
pekerjaan bisa terselesaikan dengan cepat, rapi dan maksimal sesuai yang
diharapkan. Tanpa adanya sifat-sifat tadi dalam menjalani sebuah pekerjaan maka
manusia akan cepat merasa putus asa dan mudah menyerah. Tidak merasa puas dan
bahkan bisa menjadi orang yang pesimis.
Untuk itu maka manusia dituntut
untuk selalu memiliki dan menjaga sifat-sifat tersebut diatas. Agar dalam
menjalani kehidupan dan melakukan pekerjaan tetap menjadi orang yang selalu
optimis dan berpikiran positif. Dengan begitu semua apa yang dicita-citakan
oleh manusia akan terwujud dengan baik.
A. Kerja keras
1)
Konsep kerja keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang
dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja
keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan
mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat
dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai
dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia
dan akhirat. Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
“ Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash “ 77)
Dengan demikian, sikap kerja keras
dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas
sesuai dengan profesi masing-masing.
Pentingnya bekerja keras ini
tersirat dalam firman Allah surat al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya:
“ Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9 ayat 105 yang artinya:
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita
tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk
mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat
at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan
kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang
yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban
menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya
diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini,
manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan
umatnya untuk bekerja keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik
adalah yang berasal dari hasil keringat sendiri. Sabdanya:
عَنِ اْلمَقْدَادِ بْنِ سَعْدِ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ
يَأْكُلَ مِنْ عَمَلَِ يَدَيْهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدُ كَانَ يَأْكُلُ
مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخارى(
Artinya: Tidak ada makanan yang
lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari buah tangannya
sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya sendir.
Perintah
untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6 yang artinya:
“Wahai manusia sesungguhnya
kamu harus bekerja keras (secara sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya.
Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam
dengan penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat memberikan
keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja keras
yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta
yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni
fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan
penghargaan bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika Nabi bertemu dengan
seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh
karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan
melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari
nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang
dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu.
Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para
sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja
keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup
selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus,
seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati
esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai dengan
pesan Rasulullah SAW:
اِعْمَلْ
لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ اَبَدًا وَاعْمَلْ ِلآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ
غَدًا
Artinya: “bekerjalah untuk
kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah
untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R.
Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia
ini mempunyai jasmani dan rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu
dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat
tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan
nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila
kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi
kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri". (Q.S Ar-Ra’du: 11)
Rasulullah pernah bersabda “amal
duniawi yang dilakukan oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan usaha yang
dikerjakan untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga termasuk ibadah serta
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”. Semua orang yang bekerja
dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan
mereka berpegang pada ketentuan berikut:
a.
Harus
menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran
Islam
b.
Sebelum
melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang
tulus
c.
Setiap
pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
2)
Hikmah
Bekerja Keras
Allah SWT memerintahkan supaya kita
bekerja keras karena banyak himah dan manfaatnya, baik bagi orang yang bekera
keras maupun terhadap lingkungannya. Di antara hikmah bekerja keras tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun
keterampilan.
2.
Membentuk
pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
3.
Mengangkat
harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
4.
Meningkatkan
taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5.
Kebutuhan
hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6.
Mampu hidup
layak.
7.
Sukses
meraih cita-cita
8.
Mendapat
pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari
ibadah.
3.
Membiasakan perilaku kerja keras
Untuk dapat memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri
lebih terpuji dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
2.
Islam memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika
terpaksa).
3.
Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan
bantuannya.
4.
Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta.[1]
B. Tekun
1)
Konsep tentang Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh
pada pendirian, rajin, giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam bekerja
meskipun mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat tekun ini
diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun
banyak rintangan yang menghadang. Sebagai seorang pelajar, harus tekun dalam
belajar. Ketekunan itu bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan
sungguh-sungguh dan terus-menerus. contohnya belajar setiap malam, bukan belajar
hanya ketika dekat waktu ujian. Begitu juga dalam beribadah, kita harus
senantiasa berzikir kepada Allah baik dalam keadaan sempit maupun ketika
lapang. Jika sifat tekun telah menjadi bagian diri kita, maka kita akan
terampil dan mampuni dalam bidang yang kita tekuni. Sebagai seorang mukmin,
kita harus menekuni bidang kita masing-masing. Hal ini tersirat dalam surat
al-Isra’/17 ayat 84.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ
أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلاً
Artinya: Katakanlah:
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian sifat tekun menjadi
salah satu modal untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang sebagaimana
yang dicita-citakan. Hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam
mensyi’arkan agama Islam. Ia melakukan dakwah secara terus-menerus kepada
keluarga dan masyarakat di sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia juga
melakukan pembinaan yang kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk mempelajari
al-Qur’an dan siap berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka dengan cara
yang santun dan baik. Dengan kerja keras dan ketekunan mereka, Islam telah
berjaya di jazirah Arab ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya
paksaan.
Semua manusia yang lahir di muka
bumi pasti dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu pun manusia
ahir di dunia ini dalam keadaan pandai
atau pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu dan tahun, akal
dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan Allah. Alla
berfirman:
“Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”. (QS.
An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini dapat pula dilihat
dari berbagai kisah orang-orang terdahulu yang shaleh lagi sukses dalam
menjalani kehidupannya. Salah satu di antaranya adalah seorang ulama kenamaan
yang bernama Ibnu Hajar. Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa bodoh. Ia
sulit menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat
batu kecil yang terletak di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu
berlobang/lekuk. Sementara air menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang batu
kecil tersebut. Ia pun sadar ternyata batu yang keras itu bisa berlobang hanya
karena air yang secara terus menerus menetes, walaupun hanya setetes demi
setetes. Kemudian, beliau berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika
belajar dengan tekun, terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya ia
belajar lebih tekun lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena
ketekunannya dalam belajar terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu,
maka ia pun diberi nama Ibn Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak kisah sukses yang
dialami oleh orang-orang ternama akibat ketekunannya dalam meraih cita-cita.
Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin, tekunlah dalam berusaha baik untuk
urusan duniawi terutama dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya usaha yang
sungguh-sungguh dan berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang lebih baik
akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan pahamilah firman Allah di bawah ini:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى
يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: ... Sesungguhnya Allah
tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-Ra’du/13: 11)
2)
Hikmah Tekun
Di antara hikmah tekun adalah sebagai berikut:
- Menghasilkan apa yang diusahakan
- Selalu berusaha agar berhasil
- Melatih diri untuk siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan ini.
- Membentuk pribadi yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
- Bersyukur jika usahanya berhasil
- Memperoleh pahala karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam
C. Ulet
1)
Konsep tentang Ulet
Ulet berarti tahan uji, tidak mudah
putus asa dan menyerah jika menemui rintangan dan hambatan yang disertai
kemauan kerja keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Meskipun ia
gagal dalam suatu urusan, tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan tidak
pula berputus asa sehingga ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk
mencapai yang diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang
tertunda.
Mengenai berputus asa ini, Allah
melarangnya dalam surat Az-Zumar/39 ayat 53:
“ Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. “
Jadi, orang yang ulet tidak akan
pesimis dalam hidupnya. Ia selalu optimis dalam mencapai tujuan dan
cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan sikap yang optimis, tidak boleh
pula optimis yang berlebihan, sebab hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh
karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah
SWT. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan
kekuasaan Allah.
Perhatikan pula firman Allah berikut
ini.
فَإِذَا
عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159)
Sikap ulet juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja pada Khadijah.
Beliau tidak menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang menyerah, tidak
berputus asa, dan ulet dalam memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai
tempat dan pasar. Tidak hanya di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah,
seperti Yaman, Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah.
Meskipun ia dan para sahabat diteror oleh orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia
tidak pernah menyerah dan berputus asa untuk menyampaikan dakwah kepada mereka
sehingga orang-orang yang menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti Umar
bin Khattab, Khalid bin Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya.
2)
Hikmah Ulet
Di antara hikmah ulet adalah:
- Memperoleh kesuksesan atas apa yang ia usahakan
- Optimis dalam bekerja
- Menumbuhkan semangat untuk selalu berusaha
- Tidak putus asa meskipun usahanya belum berhasil
- Mendapat pahala karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.
D. Teliti
1)
Konsep Tentang Teliti
Teliti adalah cermat atau seksama,[2]
berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak
tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian
sangat dibutuhkan dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada
setiap muslim untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak
menyukai makhluknya yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan
kesalahan dan kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
خُلِقَ
الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya: Manusia telah dijadikan
(bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda
azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (Qs.
Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu bekerjalah dengan
hati-hati dan jauhilah bekerja yang tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda:
اَلْعَجَلَةُ
مِنَ الشَّيْطَانِ وَالتَّأَنِّيْ مِنَ اللهِ
Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari syetan dan
berhati-hati dari Allah. (H.R. Tirmidzi).
Sifat teliti juga dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Misalnya ketika menyikapi perlakuan kasar orang-orang kafir
Quraisy terhadap umat Islam yang ada di Mekah, sementara nabi telah hijrah ke
Madinah. Ketika itu para sahabat meminta nabi agar segera berperang melawan
kezaliman kafir Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa saat ia
menunggu petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan dengan para
sahabatnya tentang strategi apa yang dilakukan.
Berkat ketelitian dan usaha keras
dari nabi dan para sahabat, perang Badar yang tidak seimbang itu (313 orang
tentara Islam melawan 1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya dimenangkan umat
Islam. Dengan demikian, berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan teliti
sehingga hasil yang kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih baik dari
hari-hari sebelumnya.
Pahami dan perhatikanlah sabda
Rasulullah SAW berikut ini:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ
أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ
وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ (رواه الحاكم(
Artinya: Barangsiapa amal usahanya lebih baik dari
hari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung; jika amal usahanya sama
dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi; dan jika amal usahanya
lebih buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang terlaknat. (H.R.
al-Hakim).
2)
Hikmah
Teliti
Di antara hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
- Bekerja penuh dengan keyakinan
- Memperoleh hasil yang memuaskan
- Menghindari kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
- Hasil usaha dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
- Memudahkan untuk memperoleh kesuksesan
- Terhindar dari penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan
2.2
Implementasi
Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Kerja keras tekun, ulet dan teliti
saling berhubungan satu sama lain karena suatu usaha atau tujuan tertentu yang
sudah dilakukan dengan kerja keras tanpa adanya ketekunan, keuletan, dan
ketelitian tidak akakn tercapai secara maksimal. Berikut adalah contoh yanng
menunjukkan perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti.
- Menyadari bahwa rizki yang diberikan Allah tidak datang dengan tiba-tiba tanpa usaha.
- Tidak bersifat malas dan mengeluh terhadap suatu pekerjaan karena akan mempengaruhi etos kerja yang sudah dibangun.
- Tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat dilakukan dengan tepat.
- Tidak cepat merasa puas hanya pada suatu pekerjaan yang digeluti.
- Berusaha peduli terhadap suatu pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut tidak disukai.
- Berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab.
- Berniat sungguh-sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
- Tetap optimis dan tidak mudah putus asa apabila menemukan suatu kegagalan.
- Melakukan suatu pekerjaan dengan pertimbangan yang matang.
- Melakukan pekerjaan tidak hanya dengan fisik /tenaga, tetapi juga dengan hati dan pikiran yang positif.
Setiap orang
pasti memiliki kebutuhan. Akan tetapi, kebutuhan yang harus dipenuhi secara
sungguh-sungguh dan bersifat pokok disebut kebutuhan primer. Contohnya adalah
pangan, sandang dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita harus kerja
keras dengan penuh ketekunan, keuletan dan ketelitian. Tanpa kerja keras, kita
tidak mungkin memperoleh apa yang kita inginkan, sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat an-Najm ayat 39-41yang artinya:
Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang
diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna. (Q.S. an-Najm/53: 39-41)
Ayat tersebut
menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh apa yang diusahakannya. Usaha
itulah yang akan dinilai di hadapan Allah swt.
Oleh sebab itu,
Allah melarang kita untuk bermalas-malasan, tidak mau berusaha, dan
menggantungkan hidup kepadaa orang lain. Hindarilah sikap mengambil jalan
pintas untuk meraih keberhasilan, seperti korupsi, kolusi dan manipulasi. Sikap
ini merupakan sikap yang tidak terpuji dan merusak budaya bangsa.
Untuk memahami
contoh sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti, mari kita perhatikan cerita
berikut ini.
Pak Fauzan
tinggal di kompleks perumahan. Ia seorang yang kurang mampu, tetapi ia pandai
mengaji. Pekerjaannya adalah berjualan es keliling. Sejak pagi hingga siang, ia
menjajakan esnya. Sehabis Ashar, ia membantu ustadz mengajar anak-anak TPA di
masjid. Ia melakukan semua pekerjaannya tanpa mengeluh dan menjalaninya dengan
senang hati. Ia meracik bahan-bahan untuk es jualannya dengan teliti. Tidak
heran jika es yang dibuatnya terasa enak. Ia dengan tekun menjajakan es keluar
masuk kampong. Karena keuletannya, ia mampu menjalankan usahanya secara
terus-menerus dan usahanya semakin bertambah besar.
Akhirnya, ia
mampu menyewa sebuah kios di lokasi yang sangat strategis. Setelah itu,
usahanya bertambah maju. Ia mampu menggaji beberapa orang karyawan. Beberapa
tahun kemudian, ia mampu membeli sebidang tanah dan mendirikan rumah makan. Pak
Fauzan berhasil berkat kerja keras, ketekunan, keuletan dan ketelitiannya.
2.3 Manfaat
Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Sikap kerja
keras, tekun, ulet dan teliti akan membawa keberhasilan dalam segala usaha.
Jika hal itu dilaksanakan seorang murid, ia akan memperoleh prestasi yang
tinggi. Jika dilaksanakan seorang karyawan, ia akan memperoleh karier dan
jabatan yang baik. Jika dilaksanakan seorang pemimpin, ia akan menjadi pemimpin
yang berhasil dan dicintai rakyatnya.
Berikut ini
adalah ayat al-Qur’an dan hadis yang menerangkan pentingnya kerja keras, tekun,
ulet dan teliti dalam melaksanakan usaha.
“Maka apabila engkau telah selesai (dari
suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (Q.S. al-Insyirah/94: 7-8)
Dan sebuah hadis
yang artinya kurang lebih sebagai berikut.
“Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seakan-akan
kamu hidup selama-lamanya dan berbuatlah untuk kepentingan akhiratmu
seakan-akan kamu mati besok pagi. (H.R. Ibnu
Asyakir).
BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Dari uraian demikian,
kesimpulannya adalah :
1.
Kerja keras,
tekun, ulet dan teliti merupakan akhlak Terpuji yang seharusnya dimiliki oleh
setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam prose pendidikan.
2.
Akhlak
terpuji tersebut tidak hanya butuk pemahaman konsep akan tetapi juga
diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama
sebagai umat muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam.
3.
Akhlak
Terpuji tersebut merupakan refleksi dari bebrapa sifat-sifat atau akhlak
terpuji yang merupakan kepribadian Rasulullah saw. Yang perlu kita teladani.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfat, dkk. 2003. Aqidah
Akhlak. Semarang: PT. Toha Putra
Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun
Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudistira
Tim Penulis. 2009. Materi Inti dan Soal Jawab
Pendidikan Agama Islam. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Yunsirno. 2010. Keajaiban
Belajar. Pontianak: Pustaka Jenius Publishing
Langganan:
Postingan (Atom)